SOU RAJA KOTA PALU

MAKALAH PARIWISATA

SOU RAJA

sou raja.jpg

 

Disusun Oleh:

MUHAMMAD AZIZURRAHMAN

KELOMPOK PEMANDU WISATA TADULAKO

PALU

2015

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan kasih‐Nya, atas anugerah hidup dan kesehatan yang telah kami terima, serta petunjuk‐Nya sehingga memberikan kemampuan dan kemudahan bagi kami dalam penyusunan karya tulis ini.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Kota Palu dan tempat-tempat bersejarahnya, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber dan melihat secara langsung ke tempat tujuan. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang salah satu tempat bersejarah yang ada di Kota Palu “ Sou Raja ”  yang pada bulan Mei kami kunjungi. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1 Latar Belakang

Palu adalah Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia merupakan kota yang terletak di Sulawesi Tengah. Berbatasan dengan Kabupaten Donggala di sebelah barat, dan abupaten Sigi-Biromaru di sebelah selatan dan utara, Kabupaten Parigi-Moutong di sebelah timur dan Selat Makassar di sebelah barat dan utara. Kota Palu merupakan kota lima dimensi yang terdiri atas lembah, lautan, sungai, pegunungan, dan teluk. Koordinatnya adalah 0,35 – 1,20 LU dan 120 – 122,90 BT. Kota Palu dilewati oleh garis Khatulistiwa.

Kota Palu adalah sebuah daerah yang memiliki banyak potensi wisata, salah satunya wisata Budaya. Disitu banyak berbagai tempat-tempat obyek pariwisata yang sangat penting, bersejarah dan mempunyai keunikan tersendiri dengan ciri khasnya masing-masing.

Tempat-tempat obyek pariwisata tersebut misalnya : Sou Raja, Makam Pue Mpasu, Makam Pue Njidi, dll.

  • Rumusan Masalah

Masalah-masalah yang dibahas di makalah  ini adalah :

  1. Bagaimana sejarah kota Palu ?
  2. Dimana saja tempat-tempat pariwisata yang sering dikunjungi para wisatawan ?

 

1.3. Tujuan

Tujuan penulis membuat makalah tentang Kota Palu ini adalah : untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang tidak diajarkan di sekolah maupun perguruan tingggi, mengetahui tempat-tempat wisata yang ada di Kota Palu, dan dapat mengetahui seluk beluk tempat-tempat wisata yang ada di Kota Palu. Khususnya bagi kami, umumnya bagi pembaca.

 

  • Metode

Metode yang kami gunakan dalam membuat makalah  ini adalah :

  1. Mendengarkan
  2. Pengamatan secara langsung
  3. Membaca
  4. Browsing
  5. Diskusi

 

1.5 Kegunaan

Makalah  ini dapat digunakan untuk :

  1. Menambah wawasan atau pengetahuan yang luas khususnya bagi penulis sendiri dan umum bagi para pembaca yang budiman.
  2. Mengenal tempat-tempat wisata di Kota Palu yang indah dan dipelihara di Indonesia
  3. Mengetahui asal – usul tempat wisata yang ada di Kota Palu.

 

1.6 Sistematika

      Karena kurangnya pemahaman yang kami miliki dalam mengerjakan makalah  ini, kami melakukan berbagai cara diantaranya :

  1. Mendengarkan penjelasan bagaimana cara membuat makalah dari ketua Pramuwisata Tadulako
  2. Pengamatan langsung ke objek wisata
  3. Membaca buku yang berkaitan dengan objek wisata
  4. Browsing di internet
  5. Berdiskusi dengan anggota kelompok

 

 

 

 

 

 

BAB  II

PEMBAHASAN

 

  1. Kota Palu
  2. Gambaran umum

Palu adalah Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia merupakan kota yang terletak di Sulawesi Tengah. Berbatasan dengan Kabupaten Donggala di sebelah barat, dan abupaten Sigi-Biromaru di sebelah selatan dan utara, Kabupaten Parigi-Moutong di sebelah timur dan Selat Makassar di sebelah barat dan utara. Kota Palu merupakan kota lima dimensi yang terdiri atas lembah, lautan, sungai, pegunungan, dan teluk. Koordinatnya adalah 0,35 – 1,20 LU dan 120 – 122,90 BT. Kota Palu dilewati oleh garis Khatulistiwa. Penduduk Kota Palu berjumlah 342.754 jiwa (2012).

Kota Palu sekarang ini adalah bermula dari kesatuan empat kampung, yaitu: Besusu, Tanggabanggo (Siranindi) yang sekarang bernama Kamonji, Panggovia yang sekarang bernama Lere, dan Boyantongo yang sekarang bernama Kelurahan Baru. Mereka membentuk satu Dewan Adat disebut Patanggota. Salah satu tugasnya adalah memilih raja dan para pembantunya yang erat hubungannya dengan kegiatan kerajaan. Kerajaan Palu lama-kelamaan menjadi salah satu kerajaan yang dikenal dan sangat berpengaruh. Itulah sebabnya Belanda mengadakan pendekatan terhadap Kerajaan Palu. Belanda pertama kali berkunjung ke Palu pada masa kepemimpinan Raja Maili (Mangge Risa) untuk mendapatkan perlindungan dari Manado di tahun 1868. Pada tahun 1888, Gubernur Belanda untuk Sulawesi bersama dengan bala tentara dan beberapa kapal tiba di Kerajaan Palu, mereka pun menyerang Kayumalue. Setelah peristiwa perang Kayumalue, Raja Maili terbunuh oleh pihak Belanda dan jenazahnya dibawa ke Palu. Setelah itu ia digantikan oleh Raja Jodjokodi, pada tanggal 1 Mei 1888 Raja Jodjokodi menandatangani perjanjian pendek kepada Pemerintah Hindia Belanda.

 

 

  1. Sejarah

Asal usul nama kota Palu adalah kata Topalu’e yang artinya Tanah yang terangkat karena daerah ini awalnya lautan, karena terjadi gempa dan pergeseran lempeng (palu koro) sehingga daerah yang tadinya lautan tersebut terangkat dan membentuk daratan lembah yang sekarang menjadi Kota Palu.

Istilah lain juga menyebutkan bahwa kata asal usul nama Kota Palu berasal dari bahasa kaili VOLO yang berarti bambu yang tumbuh dari daerah Tawaeli sampai di daerah sigi. Bambu sangat erat kaitannya dengan masyarakat suku Kaili, ini dikarenakan ketergantungan masyarakat Kaili dalam penggunaan bambu sebagai kebutuhan sehari-hari mereka. baik itu dijadikan Bahan makanan (Rebung), Bahan bangunan (Dinding, tikar, dll), Perlengkapan sehari hari, permainan (Tilako), serta alat musik (Lalove)

 

Pada awal mulanya, Kota Palu merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Palu. Pada masa penjajahan Belanda, Kerajaan Palu menjadi bagian dari wilayah kekuasaan (Onder Afdeling Palu) yang terdiri dari tiga wilayah yaitu Landschap Palu yang mencakup distrik Palu Timur, Palu Tengah, dan Palu Barat; Landschap Kulawi; dan Landschap Sigi Dolo.

Pada tahun 1942, terjadi pengambilalihan kekuasaan dari Pemerintahan Belanda kepada pihak Jepang. Di masa Perang Dunia II ini, kota Donggala yang kala itu merupakan ibukota Afdeling Donggala dihancurkan oleh pasukan Sekutu maupun Jepang. Hal ini mengakibatkan pusat pemerintahan dipindahkan ke kota Palu di tahun 1950. Saat itu, kota Palu berkedudukan sebagai Kepala Pemerintahan Negeri (KPN) setingkat wedana dan menjadi wilayah daerah Sulawesi Tengah yang berpusat di Kabupaten Poso sesuai Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1950. Kota Palu kemudian mulai berkembang setelah dibentuknya Residen Koordinator Sulawesi Tengah Tahun 1957 yang menempatkan Kota Palu sebagai Ibu kota Kepresidenan.

Terbentuknya Propinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964, status Kota Palu sebagai ibukota ditingkatkan menjadi Ibukota Propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah. Kemudian pada tahun 1978, Kota Palu ditetapkan sebagai kota administratif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1978. Kini, berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1994 Kota Palu ditingkatkan statusnya menjadi Kotamadya Palu.

  1. Sou Raja
  2. Sejarah

Banua oge atau Sou raja adalah rumah adat kota Palu. Dulu Sou raja ini berfungsi sebagai tempat tinggal para raja dan keluarga dan juga sebagai pusat pemerintahan kerajaan. Pembangunan Sou Raja ini atas prakarsa Raja Yodjokodi pada sekitar abat 19 masehi.

Souraja merupakan rumah tradisional tempat tinggal para bangsawan, yang berdiam di pantai atau di kota. Kata Souraja dapat diartikan rumah besar, merupakan rumah kediaman tidak resmi dari manggan atau raja beserta keluarga-keluarganya. Rumah orang biasa atau rakyat kebanyakan meskipun bentuk dan ukurannya sama dengan souraja.

Selama masa pendudukan bala tentara jepang di kota palu (1942-1945)bangunan Sou Raja diambil alih dan dijadikan bsebagai kantor pemerintahan pada saat itu. Kemudia pada tahun 1958, bangunan Sou Raja digunakan oleh Tentara Nasional Indonesia sebagai markas militer dalam oprasi penumpasan pemberontakan PERMESTA di Sulawesi Tengah.

 

  1. Deskripsi bangunan

Bangunan Banua Oge atau Sou Raja adalah bangunan panggung yang memakai konstruksi dari kayu dan dengan paduan arsitektur bugis dan kaili. Luas keseluruhan Banua Oge atau Sou Raja adalah 32×11,5 meter. Tiang pada bangunan induk berjumlah 28 buah dan bagian dapur 8 buah.  Bangunan Induk sendiri berukuran 11,5 x 24,30 meter, yeng terbagi atas 4 bagian yaitu

Bangunan Souraja berbentuk rumah panggung yang ditopang sejumlah tiang kayu balok persegi empat dari kayu keras seperti kayu ulin, bayan, atau sejenisnya. Atapnya berbentuk piramide segitiga, bagian depan dan belakang atapnya ditutup dengan papan yang dihiasi dengan ukiran disebut panapiri dan pada ujung bubungan bagian depan dan belakang diletakkan mahkota berukir disebut bangko-bangko . Seluruh bahan bangunan mulai dari lantai, dinding balok-balok terbagi atas tiga ruangan, yaitu:

  • Ruang depan disebut lonta karawana yang dibiarkan kosong, berfungsi untuk menerima tamu. Dahulu sebelum ada meja kursi, di ruangan ini dibentangkan tikar atau onysa. Ruangan ini juga untuk tempat tidur tamu yang menginap.
  • Ruangan kedua adalah ruang tengah, disebut lonta tata ugana diperuntukkan bagi tamu keluarga serta lonta rorana yaitu ruang belakang, berfungsi sebagai ruang makan, tapi kadang-kadang ruang makan berada di lonta tatangana. Antara dinding dan dibuat kamar-kamar tidur. Khusus untuk kamar tidur perempuan atau anak-anak gadis biasanya ditempatkan di pojok belakang lonta rarana, maksudnya agar mudah diawasi oleh orang tua. Untuk tamu perempuan dan para kenalan dekat diterima di ruang makan.
  • Ruang dapur, sumur dan jamban dibuatkan bangunan tambahan atau ruangan lain di bagian belakang rumah induk. Untuk menghubungkan rumah induk dengan dapur atau urang avu dibuatkan jembatan beratap disebut hambate atau bahasa bugis Jongke. Di bagian ini kadang-kadang dibuatkan pekuntu yakni ruangan terbuka untuk berangin-angin anggota keluarga. Di kolong dapur diberi pagar sekeliling, sedangkan di bawah rumah induk dibiarkan terbuka dan kadang-kadang menjadi ruang kerja untuk pertukangan, atau keperluan-keperluan lainnya. Sedangkan loteng rumah dipergunakan untuk mentimpan benda-benda pusaka dan lain-lain.

Secara keseluruhan, bangunan Souraja cukup unik dan arsitik lebih-lebih bila dilihat dari hiasannya berupa kaligrafi huruf Arab tertampang pada jelusi-jelusi pintu atau jendela, atau ukiran pada dinding, loteng, dibagian lonta-karavana, pinggira cucuran atap, papanini, bangko-bangko dengan motif bunga-bungaan dan daun-daunan. Semua hiasan tersebut melambangkan kesuburan, kemuliaan, keramah-tamahan dan kesejahteraan bagi penghuninya.

  1. Jarak dan waktu tempuh

Wisata sejarah dapat menjadi salah satu pilihan bagi wisatawan yang berkunjung ke Kota Palu. Kota Palu sebagai bekas ibu kota Kemagauan Palu memiliki banyak peninggalan sejarah yang memiliki nilai historis yang sangat tinggi. Dewasa ini masih dapat kita temui sisa-sisa bangunan yang merupakan peninggalan masa kemagauan di Palu. Salah satunya adalah Souraja (Rumah Raja) atau yang biasa disebut Banua Oge.

Berwisata ke Souraja dapat menjadi pilihan bagi anda yang menggemari wisata sejarah. Lokasinya yang terletak di tengah kota dapat ditempuh dengan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Kondisinya yang masih cukup terawat walaupun telah berumur ratusan tahun. Letak Souraja berdekatan dengan pesisir pantai dan Jembatan Kuning (Jembatan Empat) yang juga menjadi salah satu ikon Kota Palu. Bagi anda yang ingin mengisi liburan dengan nuansa edukatif dan historis, objek wisata yang satu ini layak menjadi salah satu destinasi utama anda jika berkunjung ke Kota Palu.

Souraja terletak di Jalan Pangeran Hidayat. Objek wisata ini berada di wilayah administratif Kelurahan Lere, Kecamatan Palu Barat. Dari Bandar Udara Mutiara SIS Aldjufrie, berjarak kurang lebih 10 km dengan waktu tempuh kurang lebih 15 menit. Dari Pelabuhan Pantoloan, berjarak kurang lebih 30 km dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Dari pusat kota, Souraja hanya berjarak sekitar 5 km dengan waktu tempuh sekitar 5 menit.

Souraja terletak di daerah yang cukup dekat dengan pantai. Untuk mencapai pantai, anda dapat berjalan kaki sekitar 1 km ke arah barat laut. Di sana, anda akan melihat langsung ikon kota Palu lainnya yaitu Jembatan Empat atau yang biasa disebut Jembatan Kuning. Anda juga dapat menjumpai pasar ikan tradisional dan sebuah masjid “terapung” di sekitar pantai. Di sepanjang pantai juga terdapat kafe-kafe tenda yang menyediakan berbagai jenis makanan dn minuman. Ada juga anjungan tempat anda bersantai sambil mencoba menyewa sepeda atau sepatu roda untuk mengisi waktu.

Di sekitar pantai juga banyak terdapat hotel-hotel berbintang seperti Mercure, Grand Duta, Silk Stone, dan Swiss Bell yang dapat anda jadikan tempat menginap dengan view langsung menghadap ke laut. Di sekitar kawasan pantai juga terdapat sebuah pusat perbelanjaan yaitu Palu Grand Mall bagi kamu yang punya hobi belanja.

Souraja dapat disebut sebagai Istana Magau Palu, karena sejak didirikannya, bangunan ini ditempati oleh Magau-magau Palu dan keluarganya silih berganti. Kepemilikan bangunan ini pun berlaku secara turun-temurun.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan komentar